Saturday, April 23, 2011

Inikah Pluralisme?

Hola...

Mau cerita sedikit, nih...

Jangan BeTe dulu, ya...

Tadi saat hari sedang siang-siangnya dan semua tengah menganggur, seorang  teman bertanya pada kawan lain yang berbeda agama. Dapat  diprediksi, pertanyaannya pasti tidak jauh dari hal-hal mengenai perayaan agama kawan tersebut. Dan obrolan pun berlanjut dengan topik mengenai religi dan kepercayaan.

Topik-topik seperti itu ikut membuat saya teringat kenangan ketika masih kecil dulu. Tak tanggung-tanggung, saya menceritakan masa Taman Kanak-Kanak saya yang penuh dengan ajaran rohani nasrani (meskipun saya pribadi adalah seorang muslim pada waktu itu hingga sekarang).

Dengan malu-malu (kemungkinan besar karena sungkan), salah seorang teman saya yang berasal dari keluarga Muslim taat bertanya kepada saya, "Er...maaf ya, dari kecil kamu udah muslim ya? Atau dulu kamu sempat jadi Kristen?".

Saya sendiri sebenarnya juga bingung. Seingat saya, sejak jaman saya masih imut-imutnya (huek) saya sudah menjadi seorang muslim. Di rumah, saya sudah diajari sholat dan mengaji, meskipun masih sangat minim. Pada momen hari raya Islam pun saya ikut merayakannya. Saya juga tidak ingat pernah ikut perayaan Natal maupun Pantekosta. Jika mengenai 6 bulan masa SD saya di Petra, yang notabene merupakan sekolah Kristen, saya masih bisa mengerti. Umur saya pada waktu itu belum cukup untuk masuk SD negeri. Dan sekolah swasta di kota saya pada waktu itu, belum ada yang mayoritas siswanya Islam. Dan di Petra pun saya mendaftar sebagai seorang muslim. Walaupun saya ikut-ikutan mendengar pelajaran agama Kristen, sejatinya saya tetap seorang muslim, kan? Sementara di TK, saya mengikuti kelas agama Kristen meskipun ada pilihan agama Islam di sana. Sampai sekarang pun saya masih belum mengerti, apa motivasi orang tua saya memasukkan saya ke kelas Kristen. Mungkinkah karena saya masih terlalu kecil, hingga dirasa belum perlu mendapat pendidikan agama Islam secara intensif? Entahlah. Tapi yang pasti, hingga kini saya masih mengingat satu momen, dimana saya  bersama teman-teman saya mencari telur paskah di taman. Apakah saya terus mengingatnya karena yakin takkan bisa melakukannya lagi? Sekali lagi, entahlah.

Kenangan yang masih tetap tersimpan di benak saya hingga kini, akan terus saya kenang. Karena kenangan itu telah memberi pelajaran, bahwa pada intinya, semua agama itu akan memuja satu sumber, yaitu Tuhan. Sesalah apapun mereka, sejauh apapun mereka berbelok, tak ada alasan bagi kita untuk tidak berteman dengan mereka. Berteman itu baik. Yang harus kita lakukan adalah, tetap menjaga iman kita di atas semua itu.

Maaf bagi yang beragama lain. We are friend, aren't we?

No comments:

Post a Comment