Monday, April 25, 2011

Kupu yang Hiperbolis

"Sayap kebahagiaan sang kupu kini menguncup, bunga harapan tak bersedia mekar untuknya"
  

Alkisah, ada seekor kupu-kupu yang baru terbangun dari tidur panjangnya. Kepompongnya terkoyak, menampilkan keindahan penuh warna. Itulah sang kupu baru, yang segera akan mencicip pahit manisnya dunia.

Sang kupu berkelana kesana kemari, demi bertemu bunga indah yang akan menjadi tiang hidupnya. Probosis rampingnya telah merasa segala jenis bunga. Lidahnya telah mendapat segala manis madu. Namun kini nyata pahitlah yang harus ia hadapi.

Sang bunga harapan yang begitu ia impikan, tak bersedia mekar untuknya.

Ada satu hal unik, yang tercipta bagi kupu di negeri Madeia. Kupu ditakdirkan bersama bunga. Bunga harapannya. Pasangan jiwanya. Bunga yang akan menjadi tiang terkokoh bagi hidup sang kupu. Dan ketika sang kupu tak dapat meresap madu bunga harapan, luruhlah hidupnya, bersama duka.


Silahkan berkata ini cerita yang berlebihan. Silahkan berkata ini cerita yang tak masuk akal. Silahkan berkata ini cerita yang tak pantas diceritakan. Silahkan katakan, karena aku setuju dengan kalian.

Karena cerita ini, hanyalah bentuk hiperbola dari kisahku.

Saturday, April 23, 2011

Inikah Pluralisme?

Hola...

Mau cerita sedikit, nih...

Jangan BeTe dulu, ya...

Tadi saat hari sedang siang-siangnya dan semua tengah menganggur, seorang  teman bertanya pada kawan lain yang berbeda agama. Dapat  diprediksi, pertanyaannya pasti tidak jauh dari hal-hal mengenai perayaan agama kawan tersebut. Dan obrolan pun berlanjut dengan topik mengenai religi dan kepercayaan.

Topik-topik seperti itu ikut membuat saya teringat kenangan ketika masih kecil dulu. Tak tanggung-tanggung, saya menceritakan masa Taman Kanak-Kanak saya yang penuh dengan ajaran rohani nasrani (meskipun saya pribadi adalah seorang muslim pada waktu itu hingga sekarang).

Dengan malu-malu (kemungkinan besar karena sungkan), salah seorang teman saya yang berasal dari keluarga Muslim taat bertanya kepada saya, "Er...maaf ya, dari kecil kamu udah muslim ya? Atau dulu kamu sempat jadi Kristen?".

Saya sendiri sebenarnya juga bingung. Seingat saya, sejak jaman saya masih imut-imutnya (huek) saya sudah menjadi seorang muslim. Di rumah, saya sudah diajari sholat dan mengaji, meskipun masih sangat minim. Pada momen hari raya Islam pun saya ikut merayakannya. Saya juga tidak ingat pernah ikut perayaan Natal maupun Pantekosta. Jika mengenai 6 bulan masa SD saya di Petra, yang notabene merupakan sekolah Kristen, saya masih bisa mengerti. Umur saya pada waktu itu belum cukup untuk masuk SD negeri. Dan sekolah swasta di kota saya pada waktu itu, belum ada yang mayoritas siswanya Islam. Dan di Petra pun saya mendaftar sebagai seorang muslim. Walaupun saya ikut-ikutan mendengar pelajaran agama Kristen, sejatinya saya tetap seorang muslim, kan? Sementara di TK, saya mengikuti kelas agama Kristen meskipun ada pilihan agama Islam di sana. Sampai sekarang pun saya masih belum mengerti, apa motivasi orang tua saya memasukkan saya ke kelas Kristen. Mungkinkah karena saya masih terlalu kecil, hingga dirasa belum perlu mendapat pendidikan agama Islam secara intensif? Entahlah. Tapi yang pasti, hingga kini saya masih mengingat satu momen, dimana saya  bersama teman-teman saya mencari telur paskah di taman. Apakah saya terus mengingatnya karena yakin takkan bisa melakukannya lagi? Sekali lagi, entahlah.

Kenangan yang masih tetap tersimpan di benak saya hingga kini, akan terus saya kenang. Karena kenangan itu telah memberi pelajaran, bahwa pada intinya, semua agama itu akan memuja satu sumber, yaitu Tuhan. Sesalah apapun mereka, sejauh apapun mereka berbelok, tak ada alasan bagi kita untuk tidak berteman dengan mereka. Berteman itu baik. Yang harus kita lakukan adalah, tetap menjaga iman kita di atas semua itu.

Maaf bagi yang beragama lain. We are friend, aren't we?

Friday, April 22, 2011

Goddess Teenager : Just A Teenager

By Jennie


Suatu sore yang indah, namun segera berubah menjadi riuh dan ramai. Celoteh khas anak remaja terdengar, saat sekumpulan siswa berseragam keluar dari sebuah bangunan, diikuti siswa lainnya. Di atas bangunan itu, terpampang sebuah papan raksasa bertuliskan Hixaine Junior High School. Sekolah ini adalah salah satu sekolah terbaik di negeri Avalon. Kelengkapan fasilitas serta kecakapan kepala sekolah dan para pengajar di sekolah itu membuat Hix Hi-begitu sekolah ini biasa disebut-menjadi jujugan  hampir semua siswa dari berbagai kalangan.

"Tidak. Sekali tidak tetap tidak." kata seorang gadis berambut hitam. Bola matanya yang hijau cemerlang menatap dengan tegas, seakan meriam sekuat apapun takkan mampu menggoyahkan keputusannya.

"Ayolah, kumohon. Aku harus segera melaporkannya. Apa kau mau aku dihukum? Please, Thena. Tidakkah kau kasihan pada sahabatmu yang begitu manis dan menggemaskan ini?" pinta seorang gadis dengan rambut pirang ikal dan mata biru yang terlihat memohon.

"Jangan membuatku mengeluarkan makananku barusan, Talie. Lagipula kemana saja kau saat semua sedang sibuk meneliti tadi? SMSan?" ledek Athena. Namun tak disangka, jawabannya adalah...

"Iya, mumpung Vion jam kosong." jawab Natalie santai. Tak lupa bibirnya menyunggingkan sebuah senyum manis. Sudah pasti, di kepalanya berkelebatan kata-kata romantis yang saling diluncurkan tadi. Sayangnya, dia tak menyadari akibat dari ucapannya barusan. Ia baru tersadar setelah merasakan hawa tak enak dari sebelahnya.

"Oh, jadi begitu. Saat teman sekelompoknya sedang sibuk bekerja keras, Putri Natalie yang cantik sibuk dengan kekasih tercintanya, Pangeran Vion yang begitu berani hingga tidak lulus pun dia tak takut? Mengesankan sekali." sindir Athena dengan nada sinis.

"Dia tidak begitu. Try Out biologi kemarin, dia dapat 90."

"Try Out itu nilai totalnya 300..."

"Ya, tapi kan lumayan..."

"Nilai itu sebanding dengan 30, Talie. Berhentilah membohongi dirimu sendiri."

'Kenapa jalan ini terasa sangat panjang?' sebuah keheranan muncul di benak Athena.

*Author : Kalau pendek, tidak mungkin percakapannya sepanjang ini.*

'Diamlah! Jangan asal numpang nongol! Author gak jelas!' bentak Athena di dalam hati.

"Athena?"

"Hah? Apa?" tanya Athena bingung. Ia baru saja melamun rupanya.

"Er..tidak. Hanya saja, apa yang terjadi padamu? Kau melamun?" tanya Natalie. Keningnya berkerut, mungkin karena tak terbiasa melihat sahabatnya yang satu ini dengan ekspresi berubah-ubah. Mulai dari ekspresi kesal, bosan, terkejut, bingung, marah, bingung lagi, dan seterusnya.

"Oh, maaf. Bisa kau ulangi lagi?"

"Aku tadi bilang, dia terlalu keren. Aku tak mungkin melepasnya."

"Apanya yang keren? Dia hanya bisa sok. Kemampuannya yang paling banter paling hanya merayu. Dengan kata-kata gombal pula."

"Terserah. Yang penting dia itu setia, dan aku percaya padanya."

"Apa pacaran memberimu pengaruh begitu baik, hingga kau pun tak rela melepasnya?"

"Ya."

"Memang apa pengaruhnya?"

"Bikin senang. Apalagi waktu sayang-sayangan. Deg-degan rasanya." jawab Natalie, masih senyum-senyum sendiri.

"Apa pengaruhnya untuk masa depanmu?"

"Ini hanya untuk senang-senang, Thena. Jangan terlalu serius."

"Apakah kesenangan ini sebanding untuk menandingi kerusakan yang dibuatnya di masa depan?"

Natalie langsung menghentikan langkahnya, begitu pun Athena.

"Apa maksudmu?" Natalie berkata sembari menatap Athena tajam.

"Kamu jadi tidak fokus ke pelajaran dan kehidupanmu. Itu sama saja menjadikan kesenangan sesaat sebagai racun yang akan menghancurkanmu suatu saat. Sadarlah, Natalie. Tahukah kamu, mengapa kamu dipanggil Nats? Karena mereka mengira kamu itu nuts. Mereka mengiramu tidak bisa apa-apa. Rangkingmu menurun drastis. Kau tak pernah lagi menegurku saat tertidur di kelas, karena kau sendiri sibuk dengan khayalanmu. Aku ingin Natalie yang dulu..."

"Maksudmu nuts itu bukan kacang, kan?"

"Kau tahu maksudku." ujar Athena sambil mulai berjalan.

"Aku tak bermaksud begitu. Aku ingin bersenang-senang, sebentar saja. Aku tak menyangka akibatnya akan seperti ini. Apa yang harus kulakukan?"

"Kau tahu jawabannya. Ini hidupmu dan ini pilihanmu.Kau tahu yang terbaik untuk hidupmu. Setelah kau tahu, aku siap membantumu." kata Athena sambil memberikan sebuah buku dan berlalu ke mobilnya.

"Eh?"

"Bye, Natalie. Aku duluan." teriak Athena, melambai dari dalam mobilnya.

"Makasih, Thena!" balas Natalie tak kalah keras. Di tangannya tergenggam sebuah buku dengan tulisan 'Buku Tugas Biologi Athena Aithyta Camarathie'.


To Be Continued
__________________________________________________________________




Note: Nut artinya otak kacang, alias b*d*h